10 November 2009
Hari Pahlawan untuk Indonesia, dan hari yang sangat biasa untuk aku yang hanya mahasiswa semester satu. Ya, aku sudah kuliah walaupun masih semester satu di jurusan Sastra Jepang, Univesitas Airlangga. Beberapa bulan sudah berlalu sejak aku diterima lewat SNMPTN dan masuk di perguruan tinggi ini. Alhamdulillah menyenangkan memiliki teman dan sensei *guru* seperti mereka.
Sedikit curhat saja, aku memang tidak bisa curhat kalau harus ngomong langsung walaupun itu adalah orang-orang yang aku percaya. Kalaupun bisa, itupun hanya sebagian kecil dan bukan sepenuhnya.
Sebenarnya aku selalu berpikir, apa artinya aku bagi mereka? Jujur saja, terkadang aku merasa tidak cocok dengan ilmu sosial yang bisa dibilang menjadi jurusanku. Tidak ada anak ilmu sosial yang tidak lancar dalam berkomunikasi sepertiku. Mungkin kalian bingung apa hubungannya dengan pertanyaan tadi. Sebenarnya ada walau hanya sedikit, aku bingung bagaimana menjelaskannya tapi kurang lebih itu adalah awal dari ini semua, seperti sebuah appetizer sebelum kita mulai makan main course yang telah disediakan. Ah, sudahlah lebih baik hentikan basa-basi ini sebelum membuat kalian semua bertambah bingung dan meng-combo komputer di depan kalian dengan beberapa kali pukulan menggunakan palu Mjolnir milik Loki.
Back to the topic, aku nggak ngerti kenapa. Sepertinya kebanyakan orang cepat bosan dengan adanya aku di dekat mereka. Entah gara-gara kalimat yang keluar dari mulutku ini tidak menyenangkan atau mereka yang menganggapku tidak asyik. Jujur saja aku sering iri dengan mereka yang memiliki teman yang melimpah, diakui dan dianggap ‘ada’ oleh orang di sekitarnya.
Kuakui ini bukan salah mereka...
Ini salahku kenapa aku tidak bisa membentuk kepribadian yang sesuai dengan keinginanku.
Sometimes I want to be someone like them,
In the other hands, I want to be alone and keep silent too.
I can’t decide it yet.
Aku belum bisa apa-apa... bahkan hanya dengan bicara.
Aku ingin jadi orang yang dianggap ‘ada’, berguna bagi mereka, dapat diandalkan, dan keberadaanku merupakan hal yang penting bagi mereka. Bukan hanya sebagai orang yang merasa dimanfaatkan, hanya dianggap ‘ada’ dan penting jika mereka membutuhkan saja, dan bukan jadi orang yang hanya menjadi bulan-bulanan oleh sebagian kecil orang.
Percayalah kalau aku sudah berusaha untuk menjadi apa yang aku inginkan, tapi sepertinya respon positif hanya sebesar pori-pori tanah liat.
Aku gak ngerti musti gimana.........
Hari Pahlawan untuk Indonesia, dan hari yang sangat biasa untuk aku yang hanya mahasiswa semester satu. Ya, aku sudah kuliah walaupun masih semester satu di jurusan Sastra Jepang, Univesitas Airlangga. Beberapa bulan sudah berlalu sejak aku diterima lewat SNMPTN dan masuk di perguruan tinggi ini. Alhamdulillah menyenangkan memiliki teman dan sensei *guru* seperti mereka.
Sedikit curhat saja, aku memang tidak bisa curhat kalau harus ngomong langsung walaupun itu adalah orang-orang yang aku percaya. Kalaupun bisa, itupun hanya sebagian kecil dan bukan sepenuhnya.
Sebenarnya aku selalu berpikir, apa artinya aku bagi mereka? Jujur saja, terkadang aku merasa tidak cocok dengan ilmu sosial yang bisa dibilang menjadi jurusanku. Tidak ada anak ilmu sosial yang tidak lancar dalam berkomunikasi sepertiku. Mungkin kalian bingung apa hubungannya dengan pertanyaan tadi. Sebenarnya ada walau hanya sedikit, aku bingung bagaimana menjelaskannya tapi kurang lebih itu adalah awal dari ini semua, seperti sebuah appetizer sebelum kita mulai makan main course yang telah disediakan. Ah, sudahlah lebih baik hentikan basa-basi ini sebelum membuat kalian semua bertambah bingung dan meng-combo komputer di depan kalian dengan beberapa kali pukulan menggunakan palu Mjolnir milik Loki.
Back to the topic, aku nggak ngerti kenapa. Sepertinya kebanyakan orang cepat bosan dengan adanya aku di dekat mereka. Entah gara-gara kalimat yang keluar dari mulutku ini tidak menyenangkan atau mereka yang menganggapku tidak asyik. Jujur saja aku sering iri dengan mereka yang memiliki teman yang melimpah, diakui dan dianggap ‘ada’ oleh orang di sekitarnya.
Kuakui ini bukan salah mereka...
Ini salahku kenapa aku tidak bisa membentuk kepribadian yang sesuai dengan keinginanku.
Sometimes I want to be someone like them,
In the other hands, I want to be alone and keep silent too.
I can’t decide it yet.
Aku belum bisa apa-apa... bahkan hanya dengan bicara.
Aku ingin jadi orang yang dianggap ‘ada’, berguna bagi mereka, dapat diandalkan, dan keberadaanku merupakan hal yang penting bagi mereka. Bukan hanya sebagai orang yang merasa dimanfaatkan, hanya dianggap ‘ada’ dan penting jika mereka membutuhkan saja, dan bukan jadi orang yang hanya menjadi bulan-bulanan oleh sebagian kecil orang.
Percayalah kalau aku sudah berusaha untuk menjadi apa yang aku inginkan, tapi sepertinya respon positif hanya sebesar pori-pori tanah liat.
Aku gak ngerti musti gimana.........